Artikel Populer Bulan Ini
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
Ini Jenis Olahan Kopi Yang di Minum Dr Ji di Drama Korea The World of The Married
Hahahahaa, kok jadi latah yak ikutan bahas drama korea yang lagi heboh banget ini. Jujur nih ide ceritanya sangat-sangat umum dan mungkin sudah banyak film, sinteron dengan plot yang sama. Laki-laki beristri yang sudah mempunyai anak cowok remaja, dan jatuh cinta dengan wanita muda lain. Mainstream kan?
Quote yang terkenalnya dari laki-laki tersebut (suami bu dokter) dan sempat bikin emak-emak di dunia +62 meradang adalah, "Apa yang salah dengan jatuh cinta". Ehh bener gitu gak sih quotenya? yaah kira-kira begitulah.
Emang gak ada yang salah sih Boboho,...!! Jangan salahkan cinta, tapi salahkan Lo yang membiarkan cinta merusak akal sehat lo. Lahh kok gw jadi ikutan ngegass..!!
Selain pengagum dan pecinta drama korea yang emang buaanyaak, masa pandemi ini ikut mendongkrak popularitas The World of The Married. Bayangin, gw aja sampe kehabisan ide mau ngapain di rumah, akhirnya keterusan nonton dan nungguin juga nih drakor walau lewat TV nasional.
Maap nih, kalau harus lewat streaming atau tv berbayar cuma buat nonton drakor, gw lewat dulu dah. Biarin aja nonton di tv swasta nasional tiap hari (weekday) jam 19.00 dengan resiko dijejelin iklan bumbu masak sama pampres dan di sensor beberapa adegan hot dikamar, uuppssss.
Setelah 4 hari menonton, yang bisa gw simpulkan, kalau dibandingin sama sinetron atau ftv, pencahayaan drakor ini (khususnya the world of the married) lebih soft dan terukur, macemnya produksi layar lebar. Sementara produksi sinetron dan FTV kita lebih bright, terang dan clean.
Saya gak akan bilang mana yg lebih bagus, ini semua pasti karena selera pasar yang berbeda.
Selain Jalan cerita, pembahasan yang menarik justru ada diluar drakor tersebut. Coba bayangin, akun sosial media para pemain The World of the Married di"serang" dengan komentar-komentar sadis para penikmat drakor di Indonesia. Ada sih yang positif, tapi lebih banyak yang menyerang.
Dan pemilihan waktu tayang di masa pandemi sangat tepat. Ketika semua orang merasa (hampir) depresi, disuguhin drakor yang bikin sensi, lengkaplah sudah saluran untuk mengekspresikan diri. Daripada harus ngomel-ngomel di medsos tentang Covid-19, mending pada bahas drakor kan?
Karena gw gak yakin kalau ada drakor dengan genre happy, bahagia dan ceria bakal dapat antusias besar. Yang ada malah dinyiyirin gak bisa bersimpati atau empati dengan keadaan saat ini.
Aneka tanggapan dari para penonton membuktikan, bahwa akting para pemain sempurna dan bisa membawa para penonton kedalam pergulatan emosi para pemain. Negatifnya, yaak ada yang aneh sama kelean, gak bisa bedain dunia nyata sama dunia buatan. Kalau sampai maki-maki pemainnya.
Rumah sebesar itu kok bisa selalu rapih, padahal gak ada asistan rumah tangga. Kan semua penghuni rumah punya kegiatan masing-masing, trus siapa yang beresin?
Yaa ellaahh Bobooho, yang beresin rumah ya kru film laahh, siapa lagi? Lagi kalau emang karakter asistan rumah tangga gak ada kepentingannya, ngapain dimasukin frame dan dikasih dialog? ngabis-ngabisin jatah nasi bungkus aja, paham gak sih?
Trus ada juga yang terpesona sama dapur mewahnya keluarga dokter ini, padahal tiap hari kalau kita lihat makannya ya gak ribet-ribet banget kayaknya. Gak pernah ngelihat masak rendang, opor ayam atau bikin pindang patin sih.
Yang membuat gw tertarik adalah, budaya mereka yang ternyata suka minum kopi. Nggak mungkin ritual minum kopi bu dokter cuma buat gimmick aja, pasti ada kebiasaan ini di keseharian orang Korea. Mungkin loh ya, karena belum pernah ke Korea walau gw tinggal di Kreo.
Dari 4 episode yang gw lihat, selalu ada adegan minum kopi di pagi hari. Biasanya si ibu dokter yang siap-siap berangkat kerja, selalu menghampiri mesin kopi di pojok kanan dapur mereka. Nyalain mesin kopi sambil ngajak berbicara anaknya atau suami yang udah ketahuan punya perempuan lain.
Kopi dalam gelas bening berukuran agak besar itu merusak konsentrasi saya. Segelas kopi hitam pekat dan crema/foam tebal diatasnya yang dipegang bu dokter, membuat imajinasi saya langsug lompat, seakan-akan aroma kopi di dapur ibu dokter mampir ke rumah saya.
Tidak hanya di rumah, rekan ibu dokter di rumah sakit pun terlihat beberapa kali meminum kopi dengan karakter yang sama, kopi hitam pekat dan crema. Rupanya penikmat kopi hitam di Korea tidak hanya didominasi kaum pria, para wanita sah-sah saja menikmati kopi.
Pengen tahu gak olahan kopi apa yang mereka minum? Saya pun iseng riset olahan kopi yang mereka konsumsi di pagi hari. Bermodal deskripsi yang ada, saya browsing dan akhirnya saya simpulkan sendiri. Semoga benar, maaf kalau kurang tepat.
Olahan kopi yang mereka minum berasal mesin kopi yang bisa mengolah espresso, karena ada crema atau busa di bagian atasnya. Para penikmat kopi pasti paham, espresso dengan roasted bean yang bermutu baik akan membentuk crema yang cantik sebagai paertanda awal sebuah espresso yang (mendekati) kesempurnaan.
Tapi saya yakin, yang mereka minum bukan espresso, karena kopi espresso kadar airnya hanya sedikit (30ml untuk single shoot, 60ml untuk double) dan hanya bisa untuk sekali teguk di gelas kecil. Jadi jelas itu bukan espresso, yang menjadi kegemaran orang Italia.
Kopi jenis ini akan memberi efek pahit yang mengejutkan buat yang baru pertama kali mencoba.
Sekedar info, orang Italia punya budaya minum espresso sebelum beraktifitas. Kandungan kafein yang cukup kuat bisa menjadi mood booster, tapi bagi yang belum terbiasa akan kesulitan meminum kopi ini.
Saya teringat cerita sahabat yang berprofesi sebagai tour guide, kang Idfi Pancani (@indfipancani). Dia pernah cerita, di Italia setiap pagi, kalau kita lewat diantara gang antar rumah, aroma espresso akan merebak dari sela-sela pintu dan jendela yang terbuka.
Dan saya adalah pecinta espresso, selain tubruk dan V60. Budaya Indonesia tidak terlalu familiar dengan espresso, biasanya hanya dijadikan campuran kopi kekinian saja (espresso based). Setiap saya ke coffeshop dan pesan espresso, baristanya sering konfirmasi, "Ini pahit banget loh mas" atau "Ini cuma satu gelas kecil mas" meyakinkan saya.
Sejatinya espresso gak cuma pahit kaya kita ngejilat areng batok (ada yang pernah?) di secangkir espresso yang baik akan ada muncul rasa yang lain. Dan ini susah gw jelasin disini, jadi lain kali aja yak.
Oke berarti bu dokter bukan minum espresso, bisa jadi Americano, kopi ini memang di modifikasi oleh orang-orang Amerika (espresso based). Yaitu menambahkan air panas (biasanya 240ml) kedalam espresso tadi (huuhh orang America Cemenn gak kuat pahit).
Kalau kalian yang pernah coba Americano tanpa gula dan bilang kopi ini pahit, coba bayangkan gimana espresso?
Tapi seumur-umur saya pesen Americano, saya gak pernah melihat crema/busa yang cantik menggoda seperti yang di minum bu dokter, jadi saya yakin yang diminum (juga) bukan Americano.
Dan akhirnya saya menemukan titik terang, kalau saya tidak salah duga, kopi yang mereka minum adalah Long Black. Espresso based campuran air (160ml) yang dicampur dengan espresso.
Americano dan Long black sama-sama espresso based. Selain jumlah takaran air yang berbeda, cara pembuatanya juga beda, kalau Americano, Espressonya dituangkan terlebih dahulu kedalam gelas, baru ditambakan air panas 240ml.
Kalau Long black malah kebalikannya. Air panas 160ml yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam gelas, baru ditambahkan espresso 30ml.
Itulah kenapa crema Long Black lebih terbentuk dan terlihat cantik dan menggoda di film The World of The Married. Fix lahh, untuk saat ini, saya yakini kopi yang sering diminum bu dokter di pagi hari adalag espresso based Long Black.
Jadi kalau masa pandemi ini sudah lewat dan kalian mau coba ngerasain sensasi ngopi ala The World of The Married, pesennya Long Black yaak, jangan kopi susu gula aren mulu. Dan kalau yang gak suka pahit, tambahankan gula jawa untuk penawar rasa, hindari gula putih (menurut saya).
Jujur pemilihan kopi Long Black simbolik banget sih, kenapa bu dokter doyan ngopi espresso based yang lumayan pahit bukan jahe sereh gingseng buat ngangetin badan atau cendol dawet kalau mau lebih fresh. Dan gw gak pernah ngelihat adegan bu dokter nambahin gula ke kopinya lohh...
Seakan-akan, secangkir kopi dalam genggamannya ini mau bercerita dan memberi tahu pada dunia, bahwa pahitnya kopi gak sepahit dan sehitam perjalanan perkawinan mereka. Eaaaaa.... Apassiikk..?!
Selamat ngopi ala The World of The Married
Quote yang terkenalnya dari laki-laki tersebut (suami bu dokter) dan sempat bikin emak-emak di dunia +62 meradang adalah, "Apa yang salah dengan jatuh cinta". Ehh bener gitu gak sih quotenya? yaah kira-kira begitulah.
Emang gak ada yang salah sih Boboho,...!! Jangan salahkan cinta, tapi salahkan Lo yang membiarkan cinta merusak akal sehat lo. Lahh kok gw jadi ikutan ngegass..!!
Selain pengagum dan pecinta drama korea yang emang buaanyaak, masa pandemi ini ikut mendongkrak popularitas The World of The Married. Bayangin, gw aja sampe kehabisan ide mau ngapain di rumah, akhirnya keterusan nonton dan nungguin juga nih drakor walau lewat TV nasional.
Maap nih, kalau harus lewat streaming atau tv berbayar cuma buat nonton drakor, gw lewat dulu dah. Biarin aja nonton di tv swasta nasional tiap hari (weekday) jam 19.00 dengan resiko dijejelin iklan bumbu masak sama pampres dan di sensor beberapa adegan hot dikamar, uuppssss.
Setelah 4 hari menonton, yang bisa gw simpulkan, kalau dibandingin sama sinetron atau ftv, pencahayaan drakor ini (khususnya the world of the married) lebih soft dan terukur, macemnya produksi layar lebar. Sementara produksi sinetron dan FTV kita lebih bright, terang dan clean.
Saya gak akan bilang mana yg lebih bagus, ini semua pasti karena selera pasar yang berbeda.
Selain Jalan cerita, pembahasan yang menarik justru ada diluar drakor tersebut. Coba bayangin, akun sosial media para pemain The World of the Married di"serang" dengan komentar-komentar sadis para penikmat drakor di Indonesia. Ada sih yang positif, tapi lebih banyak yang menyerang.
Dan pemilihan waktu tayang di masa pandemi sangat tepat. Ketika semua orang merasa (hampir) depresi, disuguhin drakor yang bikin sensi, lengkaplah sudah saluran untuk mengekspresikan diri. Daripada harus ngomel-ngomel di medsos tentang Covid-19, mending pada bahas drakor kan?
Karena gw gak yakin kalau ada drakor dengan genre happy, bahagia dan ceria bakal dapat antusias besar. Yang ada malah dinyiyirin gak bisa bersimpati atau empati dengan keadaan saat ini.
Aneka tanggapan dari para penonton membuktikan, bahwa akting para pemain sempurna dan bisa membawa para penonton kedalam pergulatan emosi para pemain. Negatifnya, yaak ada yang aneh sama kelean, gak bisa bedain dunia nyata sama dunia buatan. Kalau sampai maki-maki pemainnya.
Pada waktunya akan hadir sosok pendamai,penceria dan penikmat kopi bertopi dari negara tropis yang akan mengembalikan kebahagian mereka. #EpisodeHalu |
Kopi Apa Yang di Minum Bu Dokter Setiap Pagi
Bukti film ini sangat berhasil adalah, dengan muncul komentar-komentar gak penting diluar jalan cerita, Misal settingan dapur dan rumah pemain yang gak luput dari obrolan para penonton.Rumah sebesar itu kok bisa selalu rapih, padahal gak ada asistan rumah tangga. Kan semua penghuni rumah punya kegiatan masing-masing, trus siapa yang beresin?
Yaa ellaahh Bobooho, yang beresin rumah ya kru film laahh, siapa lagi? Lagi kalau emang karakter asistan rumah tangga gak ada kepentingannya, ngapain dimasukin frame dan dikasih dialog? ngabis-ngabisin jatah nasi bungkus aja, paham gak sih?
Trus ada juga yang terpesona sama dapur mewahnya keluarga dokter ini, padahal tiap hari kalau kita lihat makannya ya gak ribet-ribet banget kayaknya. Gak pernah ngelihat masak rendang, opor ayam atau bikin pindang patin sih.
Yang membuat gw tertarik adalah, budaya mereka yang ternyata suka minum kopi. Nggak mungkin ritual minum kopi bu dokter cuma buat gimmick aja, pasti ada kebiasaan ini di keseharian orang Korea. Mungkin loh ya, karena belum pernah ke Korea walau gw tinggal di Kreo.
Dari 4 episode yang gw lihat, selalu ada adegan minum kopi di pagi hari. Biasanya si ibu dokter yang siap-siap berangkat kerja, selalu menghampiri mesin kopi di pojok kanan dapur mereka. Nyalain mesin kopi sambil ngajak berbicara anaknya atau suami yang udah ketahuan punya perempuan lain.
Kopi dalam gelas bening berukuran agak besar itu merusak konsentrasi saya. Segelas kopi hitam pekat dan crema/foam tebal diatasnya yang dipegang bu dokter, membuat imajinasi saya langsug lompat, seakan-akan aroma kopi di dapur ibu dokter mampir ke rumah saya.
Tidak hanya di rumah, rekan ibu dokter di rumah sakit pun terlihat beberapa kali meminum kopi dengan karakter yang sama, kopi hitam pekat dan crema. Rupanya penikmat kopi hitam di Korea tidak hanya didominasi kaum pria, para wanita sah-sah saja menikmati kopi.
Pengen tahu gak olahan kopi apa yang mereka minum? Saya pun iseng riset olahan kopi yang mereka konsumsi di pagi hari. Bermodal deskripsi yang ada, saya browsing dan akhirnya saya simpulkan sendiri. Semoga benar, maaf kalau kurang tepat.
Olahan kopi yang mereka minum berasal mesin kopi yang bisa mengolah espresso, karena ada crema atau busa di bagian atasnya. Para penikmat kopi pasti paham, espresso dengan roasted bean yang bermutu baik akan membentuk crema yang cantik sebagai paertanda awal sebuah espresso yang (mendekati) kesempurnaan.
Tapi saya yakin, yang mereka minum bukan espresso, karena kopi espresso kadar airnya hanya sedikit (30ml untuk single shoot, 60ml untuk double) dan hanya bisa untuk sekali teguk di gelas kecil. Jadi jelas itu bukan espresso, yang menjadi kegemaran orang Italia.
Kopi jenis ini akan memberi efek pahit yang mengejutkan buat yang baru pertama kali mencoba.
Sekedar info, orang Italia punya budaya minum espresso sebelum beraktifitas. Kandungan kafein yang cukup kuat bisa menjadi mood booster, tapi bagi yang belum terbiasa akan kesulitan meminum kopi ini.
Saya teringat cerita sahabat yang berprofesi sebagai tour guide, kang Idfi Pancani (@indfipancani). Dia pernah cerita, di Italia setiap pagi, kalau kita lewat diantara gang antar rumah, aroma espresso akan merebak dari sela-sela pintu dan jendela yang terbuka.
Dan saya adalah pecinta espresso, selain tubruk dan V60. Budaya Indonesia tidak terlalu familiar dengan espresso, biasanya hanya dijadikan campuran kopi kekinian saja (espresso based). Setiap saya ke coffeshop dan pesan espresso, baristanya sering konfirmasi, "Ini pahit banget loh mas" atau "Ini cuma satu gelas kecil mas" meyakinkan saya.
Sejatinya espresso gak cuma pahit kaya kita ngejilat areng batok (ada yang pernah?) di secangkir espresso yang baik akan ada muncul rasa yang lain. Dan ini susah gw jelasin disini, jadi lain kali aja yak.
Oke berarti bu dokter bukan minum espresso, bisa jadi Americano, kopi ini memang di modifikasi oleh orang-orang Amerika (espresso based). Yaitu menambahkan air panas (biasanya 240ml) kedalam espresso tadi (huuhh orang America Cemenn gak kuat pahit).
Kalau kalian yang pernah coba Americano tanpa gula dan bilang kopi ini pahit, coba bayangkan gimana espresso?
Tapi seumur-umur saya pesen Americano, saya gak pernah melihat crema/busa yang cantik menggoda seperti yang di minum bu dokter, jadi saya yakin yang diminum (juga) bukan Americano.
Dan akhirnya saya menemukan titik terang, kalau saya tidak salah duga, kopi yang mereka minum adalah Long Black. Espresso based campuran air (160ml) yang dicampur dengan espresso.
Americano dan Long black sama-sama espresso based. Selain jumlah takaran air yang berbeda, cara pembuatanya juga beda, kalau Americano, Espressonya dituangkan terlebih dahulu kedalam gelas, baru ditambakan air panas 240ml.
Kalau Long black malah kebalikannya. Air panas 160ml yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam gelas, baru ditambahkan espresso 30ml.
Itulah kenapa crema Long Black lebih terbentuk dan terlihat cantik dan menggoda di film The World of The Married. Fix lahh, untuk saat ini, saya yakini kopi yang sering diminum bu dokter di pagi hari adalag espresso based Long Black.
Jadi kalau masa pandemi ini sudah lewat dan kalian mau coba ngerasain sensasi ngopi ala The World of The Married, pesennya Long Black yaak, jangan kopi susu gula aren mulu. Dan kalau yang gak suka pahit, tambahankan gula jawa untuk penawar rasa, hindari gula putih (menurut saya).
Jujur pemilihan kopi Long Black simbolik banget sih, kenapa bu dokter doyan ngopi espresso based yang lumayan pahit bukan jahe sereh gingseng buat ngangetin badan atau cendol dawet kalau mau lebih fresh. Dan gw gak pernah ngelihat adegan bu dokter nambahin gula ke kopinya lohh...
Seakan-akan, secangkir kopi dalam genggamannya ini mau bercerita dan memberi tahu pada dunia, bahwa pahitnya kopi gak sepahit dan sehitam perjalanan perkawinan mereka. Eaaaaa.... Apassiikk..?!
Selamat ngopi ala The World of The Married
Komentar
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mantulll...perhatian banget ih ma kebiasaan bu dokter. Jangan-jangan lagi pedekate kayak dr.Kim yaa 😁😁
BalasHapusakuh cuma merhatiin kopinya aja kok,.... yg lain nggak. hahahahaha. pengen punya mesin kopi tapi wattnya gede banget.
HapusAku suka sama kalimat terakhirnya
BalasHapusAh, baru kali ini aku menikmati tulisan Bang Satto pada dini hari yang bahagia
Lanjut drama Korea lainnya, Bang. Tag aku ya, hahaha
Tapi sayangnya yaa dr ji gak pernah ngabisin kopinya. Kalau mau berangkat kerja khan dia bikin kopi ya, trus diminum seteguk dua teguk trus ditinggal pergi.. khan sayang kopinya.. coba kasih ke dirikuh tuh ling black.. enak bangettt..
BalasHapusTrus mas merk mesin kopinya apa? Tolong pencerahannya yaaa
Sempet baca2 online jga klihatannya merk nespresso plus vertuo
HapusWahahahahha,gw juga meratiin,gila tuh hampir tiap hari pas lagi waktu senggang gak ada minum air putih ya,ngobrol sama dr. SUL ngopi,sama dr.Kim ngopi,di rumah ngopi,masih sehari bisa minum kopi berapa kali tuh ya,bisa melek sampe besok pagi aku tuh,kalo kaya bu dokter,haha.
BalasHapusHahaha,
BalasHapusMerhatiin sampai ke kopinya sih, aku seriusan hanya fokus untuk mencaci maki dan melontarkan sumpah serapah ke kelakuan Lee Tae Oh hehehe.
Aku kayaknya gak bakal sanggup nyeruput espresso atau americano, cafeinnya kenceng bener dah. Udah lah aku mah cafe latte aja alias kopi susu hehehe
Eeeh jangan salah mas, akupun sempet ngebahas sama suami, itu rumah segede itu siapa yg beresin ya? Namanya emak2 pasti gitu deh jiwa beberesnya membuncah :D
BalasHapusIya bener, ada rutinitas yg gak pernah lewatkan setiap hari, yaitu minum kopi ya. Selain minum wine sih :D
betul bang satto.. dr awal nonton drakor ini. gw jd naksir sama kopi yg dia minum. kok cream bs setebal itu ya.. dan mesin kopi yg dia pake itu bukan nya merk nespresso virtua. yg bikin nya pake coffee pod. harganya lumayan bikin melotot. tp asiknya klo punya coffee machine di rumah terkesan mewah dan pecinta kopi banget. hahaha...
BalasHapusHwah akhirnya setelag beberapa keyword aku nemu blog ini huhu 😭
BalasHapusAku suka kopi, dan penasaran banget sama kopinya dokter ji. Muuciw kang