Artikel Populer Bulan Ini
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
Pelarian Akhir Minggu di Hotel Batiqa Cirebon
Cirebon, entah kenapa kota di bagian barat Jawa ini terdengar kurang seksi kalau dilihat dari segi pariwisata, kalah jauh jika kita padankan dengan Bandung ataupun Bogor. Padahal dari segi infrastruktur pariwisata kota Cirebon sudah cukup mumpuni, baik dari jalan maupun hotel. Salah satunya keberadaan hotel Batiqa Cirebon.
Melihat sejarah atau posisi geografis kota Cirebon, memang kota yang terkenal dengan nasi jamblang dan empal gentong ini hanyalah sebuah kota transit atau persinggahan sementara untuk para pelintas yang ingin ke daerah jawa tengah dan jawa timur. Biasanya kota Cirebon tambah ramai dilintasi saat musim mudik lebaran.
Karakter pesisir Cirebon yang cuaca panasnya mirip-mirip dengan kota Jakarta, Semarang dan Surabaya nampaknya kurang diminati.
Berbeda dengan 3 kota lainnya, walau panas tapi mereka adalah ibukota provinsi sehingga pembangunan kotanya jauh lebih pesat.
Sedangkan kota Cirebon di Jawa Barat hanya (mungkin) menjadi nomor 2 atau 3 setelah Bandung dan kota lainnya di Jawa Barat, ini menurut saya lohh ya.
Tapi kalau kita berbicara potensi wisata, Cirebon tidak ketinggalan. Setidaknya itu kesan saya saat menginjakkan kaki pertama kali di stasiun Prujakan Cirebon.
Sabtu 26 Juni 2018 saya bersama 8 orang teman-teman dari BloggerCrony kabur dari Jakarta menuju Cirebon. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Hotel Batiqa Cirebon.
Berangkat dari stasiun senen jam 07.30 menggunakan kereta Tegal Ekspress, perjalan ke Cirebon kurang lebih di tempuh selama 4 jam. Harga tiket kereta ekomomi ini terbilang murah (50 ribu), tapi cukup nyaman dengan pendingin ruangan dan kebersihan kereta yang terjaga.
Memang bentuk kursi yang tegak lurus membuat kita sedikit tidak nyaman di bagian punggung dan pundak.
Beruntung kita bisa jalan-jalan sepanjang gerbong kereta kalau badan sudah mulai berasa pegel. Atau kita bisa manfaatkan turun saat kereta berhenti di beberapa stasiun.
Sesampainya di stasiun Prujakan Cirebon, kami sudah di jemput oleh 2 kru hotel Batiqa Cirebon yang sudah siap dengan 2 mobilnya untuk mengantar kami menuju Hotel. Perjalanan dari stasiun Prujakan menuju hotel ternyata tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
Kata Batiqa sendiri mempunyai arti Batik Quality A, atau Batik Kualitas A. Ini semakin memperkuat konsep hotel di kawasan Cirebon yang kental dengan nuansa batik.
Saat masuk ke lobby hotel, kita sudah di manjakan dengan mural batik di tembok hotel dengan nuansa biru, lalu di langit-langit hotel pun tidak ketinggal terdapat ornamen batik dengan dominan warna coklat-kuning.
Di tembok front office terdapat juga jejeran stempel batik yang terbuat dari bahan logam kuningan. Setidaknya ada puluhan stempel tersusun rapi dengan berbagai macam tipe batik yang menjadi ornamen cantik front office Batiqa Hotel Cirebon.
Masuk kedalam kamar, ornamen batik mega mendung khas Cirebon yang terbuat dari anyaman rotan semakin memperkuat kesan bahwa Hotel Batiqa Cirebon menempatkan batik sebagai konsep utama hotel mereka. Saya kok jadi penasaran dengan hotel Batiqa di kota lainnya ya.
Kali pertama saya menginap di hotel Batiqa Cirebon ada yang unik, yaitu saat kita masuk kamar, pendingin ruangannya sudah aktif.
Awalnya saya heran karena melihat kotak panel untuk mengaktifkan listrik di dalam kamar sudah terdapat kunci berbentuk kartu yang juga berfungsi untuk mengaktifkan aliran listrik dalam ruangan.
Lalu saya coba bertanya kepada teman-teman lain yang berbeda kamar apakah mengalami hal serupa, dan ternyata benar. Saat mereka masuk kamar, kondisi pendingin ruangan sudah aktif.
Waahh senangnya, kita jadi semakin nyaman, setelah merasakan udara khas pesisir Cirebon yang cukup menyengat, saat masuk kamar kondisinya sudah dingin. Ini yang saya sebut keramahan ala hotel Batiqa Cirebon.
Keramahan hotel Batiqa Cirebon memang menjadi nilai penting oleh hotel yang baru hadir 3 tahun di kota Cirebon. Dan keramahan ini berhasil mendapatkan penghargaan Certificate of Excellence dari TripAdvisor di tahun 2016, 2017 dan 2018.
Untuk para pejalan, kota Cirebon sebenarnya mempunyai destinasi wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, wisata religi, wisata sejarah sampai wisata kuliner. Dengan luas kota yang tidak terlalu besar, semuanya bisa kita kunjungi dengan mudah.
Memang kita harus agak berjuang melawan panas di kota pesisir pantai ini, tapi itu semua akan terbayarkan, terlebih transportasi online sudah makin banyak. Terlebih kita bisa pesan salah satu transportasi online langsung dari lobi hotel Batiqa Cirebon dengan mudah dari tab yang disediakan pihak hotel.
Jadi menurut saya, sudah saatnya kota Cirebon bukan hanya menjadi kota transit saja, tapi wajib untuk disinggahi dan bermalam untuk berlibur. Dengan ragam wisata dan hotel sekelas Batiqa Hotel yang bisa jadi jaminan untuk kenyamanan kita dalam berlibur.
Sampai jumpa di kota Cirebon, Selamat Bermalam di hotel Batiqa Cirebon.
Melihat sejarah atau posisi geografis kota Cirebon, memang kota yang terkenal dengan nasi jamblang dan empal gentong ini hanyalah sebuah kota transit atau persinggahan sementara untuk para pelintas yang ingin ke daerah jawa tengah dan jawa timur. Biasanya kota Cirebon tambah ramai dilintasi saat musim mudik lebaran.
Karakter pesisir Cirebon yang cuaca panasnya mirip-mirip dengan kota Jakarta, Semarang dan Surabaya nampaknya kurang diminati.
Berbeda dengan 3 kota lainnya, walau panas tapi mereka adalah ibukota provinsi sehingga pembangunan kotanya jauh lebih pesat.
Sedangkan kota Cirebon di Jawa Barat hanya (mungkin) menjadi nomor 2 atau 3 setelah Bandung dan kota lainnya di Jawa Barat, ini menurut saya lohh ya.
Tapi kalau kita berbicara potensi wisata, Cirebon tidak ketinggalan. Setidaknya itu kesan saya saat menginjakkan kaki pertama kali di stasiun Prujakan Cirebon.
Sabtu 26 Juni 2018 saya bersama 8 orang teman-teman dari BloggerCrony kabur dari Jakarta menuju Cirebon. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Hotel Batiqa Cirebon.
Berangkat dari stasiun senen jam 07.30 menggunakan kereta Tegal Ekspress, perjalan ke Cirebon kurang lebih di tempuh selama 4 jam. Harga tiket kereta ekomomi ini terbilang murah (50 ribu), tapi cukup nyaman dengan pendingin ruangan dan kebersihan kereta yang terjaga.
Memang bentuk kursi yang tegak lurus membuat kita sedikit tidak nyaman di bagian punggung dan pundak.
Beruntung kita bisa jalan-jalan sepanjang gerbong kereta kalau badan sudah mulai berasa pegel. Atau kita bisa manfaatkan turun saat kereta berhenti di beberapa stasiun.
Sesampainya di stasiun Prujakan Cirebon, kami sudah di jemput oleh 2 kru hotel Batiqa Cirebon yang sudah siap dengan 2 mobilnya untuk mengantar kami menuju Hotel. Perjalanan dari stasiun Prujakan menuju hotel ternyata tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
Hotel Batiqa Cirebon
Bangunan tinggi hotel Batiqa Cirebon sangat menonjol, karena tidak ada bangunan di kiri dan kanan yang tingginya menyamai hotel ini. Berlokasi di jalan DR. Cipto Mangunkusumo, Kesambi, hotel bintang 3 ini wajib jadi pilihan kalau kita mencari tempat menginap di kota udang.Kata Batiqa sendiri mempunyai arti Batik Quality A, atau Batik Kualitas A. Ini semakin memperkuat konsep hotel di kawasan Cirebon yang kental dengan nuansa batik.
Saat masuk ke lobby hotel, kita sudah di manjakan dengan mural batik di tembok hotel dengan nuansa biru, lalu di langit-langit hotel pun tidak ketinggal terdapat ornamen batik dengan dominan warna coklat-kuning.
Hotel Batiqa Cirebon tampak dari depan |
Masuk kedalam kamar, ornamen batik mega mendung khas Cirebon yang terbuat dari anyaman rotan semakin memperkuat kesan bahwa Hotel Batiqa Cirebon menempatkan batik sebagai konsep utama hotel mereka. Saya kok jadi penasaran dengan hotel Batiqa di kota lainnya ya.
Kali pertama saya menginap di hotel Batiqa Cirebon ada yang unik, yaitu saat kita masuk kamar, pendingin ruangannya sudah aktif.
Awalnya saya heran karena melihat kotak panel untuk mengaktifkan listrik di dalam kamar sudah terdapat kunci berbentuk kartu yang juga berfungsi untuk mengaktifkan aliran listrik dalam ruangan.
Lalu saya coba bertanya kepada teman-teman lain yang berbeda kamar apakah mengalami hal serupa, dan ternyata benar. Saat mereka masuk kamar, kondisi pendingin ruangan sudah aktif.
Waahh senangnya, kita jadi semakin nyaman, setelah merasakan udara khas pesisir Cirebon yang cukup menyengat, saat masuk kamar kondisinya sudah dingin. Ini yang saya sebut keramahan ala hotel Batiqa Cirebon.
Keramahan hotel Batiqa Cirebon memang menjadi nilai penting oleh hotel yang baru hadir 3 tahun di kota Cirebon. Dan keramahan ini berhasil mendapatkan penghargaan Certificate of Excellence dari TripAdvisor di tahun 2016, 2017 dan 2018.
Untuk para pejalan, kota Cirebon sebenarnya mempunyai destinasi wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, wisata religi, wisata sejarah sampai wisata kuliner. Dengan luas kota yang tidak terlalu besar, semuanya bisa kita kunjungi dengan mudah.
Tab untuk memesan transportasi online. Pengalaman kami, jam 11 malam masih ada armada online yang siaga |
Jadi menurut saya, sudah saatnya kota Cirebon bukan hanya menjadi kota transit saja, tapi wajib untuk disinggahi dan bermalam untuk berlibur. Dengan ragam wisata dan hotel sekelas Batiqa Hotel yang bisa jadi jaminan untuk kenyamanan kita dalam berlibur.
Sampai jumpa di kota Cirebon, Selamat Bermalam di hotel Batiqa Cirebon.
Melangkahkan kaki bersama-sama itu lebih ramai ketimbang berjalan seorang diri. |
Alternatif Transportasi Mudik, Persiapan Untuk Tahun Depan
Belajar Sejarah di Kepulauan Seribu Dalam Sehari
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar
Yesss, Terima kasih sudah membaca dan sampai dihalaman komentar
silahkan komentar atau kritik dengan bahasa yang positif.
Jangan tinggalkan link hidup, saya akan berusaha untuk mengunjungi blog teman-teman semua.