Artikel Populer Bulan Ini
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
The Passport, Tempat Nongkrong di Gading Serpong
Di era digital sekarang, saat makin banyak para generasi millenial yang membutuhkan tempat untuk sekedar kumpul sesama bertukar ide maupun untuk bekerja dan mengerjakan tugas kuliah, maka tidak heran sekarang makin menjamur tempat nongkrong di setiap sudut Jakarta. Seperti The Passport yang berlokasi di Gading Serpong.
Pasti belum banyak yang tahu tentang The Passport, karena memang tempat ini baru di buka pertengahan Februari 2017 ini. Lalu apa kelebihan dari tempat ini?
Kebetulan saya sempat mampir ke The Passport bersama beberapa teman. Karena saya jarang main ke daerah Gading Serpong, maka patokan yang saya tahu hanyalah Summarecon Mall Serpong (SMS). Dipandu google maps dari samrtphone, saya diarahkan untuk belok kiri setelah bundaran, yang setahu saya kalau kita belok kekanan akan menuju Summarecon Digital Serpong (SDC).
Pelan saya menyusuri deretan ruko, sampai akhirnya saya sampai di kawasan ruko Beryl di sebelah kiri, dan tidak begitu lama dengan mudah saya menemukan The Passport. Signage namanya jelas terlihat, Bercat dasar hitam dengan tulisan berwarna merah begitu contrast.
Masuk ke dalam, interior ruangannya dibuat tidak terlalu kaku, dinamis bergaya sedikit vintage. terlihat dari warna yang cendrung kuning dan hitam. Area dilantai dasar tidak terlalu luas, tidak ada meja untuk duduk berkelompok.
Naik kelantai dua, baru nampak jejeran meja dan bangku dengan area yang lebih luas. Cahaya yang menerobos dari jendela besar memberikan penerangan yang cukup bagi ruangan ini, sehingga kalau siang, saat matahari bersinar cukup kita tidak perlu menyalakan lampu.
Ada dua ruangan di lantai dua ini, satu ruangan di sebelah kanan tangga tampak lebih besar didominasi cat warna hitam dengan jendela besarnya. Lalu di sebelah kiri tangga ada ruangan agak tertutup dan lebih kecil dengan nuansa agak kuning yang membuat nuansa terasa lebih romantis.
Menurut saya keunikan The Passport adalah konsep yang tidak biasa, kenapa..?. Biasanya kalau kita masuk ke cafe untuk nongkrong sekedar buat mencari colokan listrik atau jaringan internet gratisan, sepengetahuan saya mereka hanya akan menjual minuman beraneka ragam dengan cemilan ringan.
Jarang mereka mempunyai menu main course yang menjadi andalan, ataupun mengenyangkan perut kita.
Nah, saya cukup kaget ketika di sodorkan menu The Passport. Deretannya main coursenya tidak sembarangan dan ini sanggup mengenyangkan perut kita. Setidaknya di deretan menu main course kita bisa memilih, Meltique Rib Eye Steak. Salmon Beef, Rump Wagyu, Wiener Schnitzel dan masih ada 17 menu main course lainnya.
Dan pada kesempatan pertama saya di The Passport, saya putuskan untuk memesan Lamb Chop Au Gratin untuk main course dan Avocado coffe sebagai pelepas dahaga. Pilihan yang tidak saya sesali di siang itu.
Setelah puas bolak-balik menu sambil menunggu pesanan datang, saya mendapat informasi mengapa tempat ini di namakan The Passport. Pemilik tempat ini ingin memberikan sensasi siapapun yang makan dan berkunjung bisa merasakan masakan dari belahan dunia lain tanpa harus repot keluar negeri.
Jadi kalau kita mau keluar negeri harus bawa Passport, tapi kalau mau mencoba aneka masakan dari belahan dunia lain, cukup nongkrong di The Passport. Kurang lebih analoginya seperti itu.
Dan memang dari menu terlihat banyak sekali pilihan yang bisa di explore para pecinta kuliner. Mulai dari appetizer, main course, dessert, soup, salad, lite meal, spesial beverage sampai asian favorite.
Sebagai gambaran harga, main course termahal adalah Meltique Rib Eye Steak seharga Rp.82.000 dan termurah adalah Bavarian Omlette Rp.27.000. Untuk minuman range harganya dari Rp.10.000 s/d Rp.30.000 untuk double expresso.
Kalau menu yang saya pesan total harganya Rp.81.000. Avocado coffe seharga Rp.26.000 dan Lamb Chop Au Gratin Rp.55.000.
Buat yang pertama kali datang ke The Passport di jamin bingung lihat deretan menu makanan dan minuman yang bervariasi. Kalau saran saya, coba Lamb Chop dan Avocado coffenya dulu.
Soal rasa Lamb Chopnya, jujur bikin saya ketagihan. Daging dombanya empuk, lalu di grill dengan tingkat kematangan yang tidak terlalu gosong. Ternyata rahasianya, domba yang di sajikan ini baru berumur 8 bulan dan yang gak kalah penting adalah, dombanya di import dari Australia. Selain itu menu ini dilengkapi dengan kentang tumbuk dan sayuran seperti brokoli dan wortel.
Well, menurut saya, The Passport harus jadi alternatif buat kamu-kamu yang cari tempat nongkrong baru dikawasan Gading Serpong yang gak crowded. memang sih, di sekitaran ada SMS dan SDC, tapi kalau lagi weekend dua lokasi ini riweuh bin rame sehingga jadi gak nyaman.
Buat kamu yang mau main ke The Passport, jangan khawatir untuk masalah parkiran. Karena sudah ada perjanjian dari pemilik ruko untuk memudahkan tamu yang yang ingin berkunjung. Jadi kamu bisa parkir dimana saja di kawasan ruko Beryl dan sekitarnya, seandainya kita tidak kebagian parkir di depan atau didekat The Passport.
The Passport "Your Favourite Hangout Destination"
Di bawah adalah link video youtube ketika saya main ke The Passport, cuma 6 menit tapi bakal banyak kejadian aneh. Just Enjoy it and please subscribe,...please.
Pasti belum banyak yang tahu tentang The Passport, karena memang tempat ini baru di buka pertengahan Februari 2017 ini. Lalu apa kelebihan dari tempat ini?
Kebetulan saya sempat mampir ke The Passport bersama beberapa teman. Karena saya jarang main ke daerah Gading Serpong, maka patokan yang saya tahu hanyalah Summarecon Mall Serpong (SMS). Dipandu google maps dari samrtphone, saya diarahkan untuk belok kiri setelah bundaran, yang setahu saya kalau kita belok kekanan akan menuju Summarecon Digital Serpong (SDC).
Pelan saya menyusuri deretan ruko, sampai akhirnya saya sampai di kawasan ruko Beryl di sebelah kiri, dan tidak begitu lama dengan mudah saya menemukan The Passport. Signage namanya jelas terlihat, Bercat dasar hitam dengan tulisan berwarna merah begitu contrast.
Masuk ke dalam, interior ruangannya dibuat tidak terlalu kaku, dinamis bergaya sedikit vintage. terlihat dari warna yang cendrung kuning dan hitam. Area dilantai dasar tidak terlalu luas, tidak ada meja untuk duduk berkelompok.
Naik kelantai dua, baru nampak jejeran meja dan bangku dengan area yang lebih luas. Cahaya yang menerobos dari jendela besar memberikan penerangan yang cukup bagi ruangan ini, sehingga kalau siang, saat matahari bersinar cukup kita tidak perlu menyalakan lampu.
Ada dua ruangan di lantai dua ini, satu ruangan di sebelah kanan tangga tampak lebih besar didominasi cat warna hitam dengan jendela besarnya. Lalu di sebelah kiri tangga ada ruangan agak tertutup dan lebih kecil dengan nuansa agak kuning yang membuat nuansa terasa lebih romantis.
Menurut saya keunikan The Passport adalah konsep yang tidak biasa, kenapa..?. Biasanya kalau kita masuk ke cafe untuk nongkrong sekedar buat mencari colokan listrik atau jaringan internet gratisan, sepengetahuan saya mereka hanya akan menjual minuman beraneka ragam dengan cemilan ringan.
Jarang mereka mempunyai menu main course yang menjadi andalan, ataupun mengenyangkan perut kita.
Nah, saya cukup kaget ketika di sodorkan menu The Passport. Deretannya main coursenya tidak sembarangan dan ini sanggup mengenyangkan perut kita. Setidaknya di deretan menu main course kita bisa memilih, Meltique Rib Eye Steak. Salmon Beef, Rump Wagyu, Wiener Schnitzel dan masih ada 17 menu main course lainnya.
Dan pada kesempatan pertama saya di The Passport, saya putuskan untuk memesan Lamb Chop Au Gratin untuk main course dan Avocado coffe sebagai pelepas dahaga. Pilihan yang tidak saya sesali di siang itu.
Setelah puas bolak-balik menu sambil menunggu pesanan datang, saya mendapat informasi mengapa tempat ini di namakan The Passport. Pemilik tempat ini ingin memberikan sensasi siapapun yang makan dan berkunjung bisa merasakan masakan dari belahan dunia lain tanpa harus repot keluar negeri.
Jadi kalau kita mau keluar negeri harus bawa Passport, tapi kalau mau mencoba aneka masakan dari belahan dunia lain, cukup nongkrong di The Passport. Kurang lebih analoginya seperti itu.
Dan memang dari menu terlihat banyak sekali pilihan yang bisa di explore para pecinta kuliner. Mulai dari appetizer, main course, dessert, soup, salad, lite meal, spesial beverage sampai asian favorite.
Olahan Steak yang di racik oleh chef The Passport |
Sebagai gambaran harga, main course termahal adalah Meltique Rib Eye Steak seharga Rp.82.000 dan termurah adalah Bavarian Omlette Rp.27.000. Untuk minuman range harganya dari Rp.10.000 s/d Rp.30.000 untuk double expresso.
Kalau menu yang saya pesan total harganya Rp.81.000. Avocado coffe seharga Rp.26.000 dan Lamb Chop Au Gratin Rp.55.000.
Mau tahu Rekor Makan Steak Terbanyak..?
Soal rasa Lamb Chopnya, jujur bikin saya ketagihan. Daging dombanya empuk, lalu di grill dengan tingkat kematangan yang tidak terlalu gosong. Ternyata rahasianya, domba yang di sajikan ini baru berumur 8 bulan dan yang gak kalah penting adalah, dombanya di import dari Australia. Selain itu menu ini dilengkapi dengan kentang tumbuk dan sayuran seperti brokoli dan wortel.
Yeesssss,...ini dia Lamb Chop Au Gratin dan Avocado Coffe. Dengan tampilan seperti ini, sangat menggugah selera siapapun yang melihat |
Well, menurut saya, The Passport harus jadi alternatif buat kamu-kamu yang cari tempat nongkrong baru dikawasan Gading Serpong yang gak crowded. memang sih, di sekitaran ada SMS dan SDC, tapi kalau lagi weekend dua lokasi ini riweuh bin rame sehingga jadi gak nyaman.
Buat kamu yang mau main ke The Passport, jangan khawatir untuk masalah parkiran. Karena sudah ada perjanjian dari pemilik ruko untuk memudahkan tamu yang yang ingin berkunjung. Jadi kamu bisa parkir dimana saja di kawasan ruko Beryl dan sekitarnya, seandainya kita tidak kebagian parkir di depan atau didekat The Passport.
The Passport "Your Favourite Hangout Destination"
Norwegian Salmon Steak, salah satu menu Main Course di The Passport |
Pannacota, sejenis puding ini bisa menjadi pilihan dessert. |
Chocolate Lava yang menggoda ini, memaksa saya harus pamer ke seorang sahabat yang tidak bisa menikmati dessert ini saat sedang berkunjung ke The Passport satu hari sebelumnya. |
Di bawah adalah link video youtube ketika saya main ke The Passport, cuma 6 menit tapi bakal banyak kejadian aneh. Just Enjoy it and please subscribe,...please.
Komentar
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Aihhh nyesel kemarin nggak nyobain lava cake nya, bingung soalnya saking banyaknya menu yang semuanya uenak :)
BalasHapusItu tandanya kita harus datang lagi...hahahaha
HapusChocolate Lava ini benar-benar bikin ngiler. Pasti asik bener dinikmati saat sedang kurang cerah. Memaniskan hari :)
BalasHapusIni beneran "pecah" di dalam mbak..
HapusSerius.