Artikel Populer Bulan Ini
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
Mahluk Ajaib Di Film AADC2, SCUK dan Aisyah
Memproduksi sebuah film membutuhkan biaya yang sangat
banyak. Dukungan sponsor sangat dibutuhkan untuk menutupi biaya produksi
ataupun saat promosi sebuah film. Dengan kekuatan jalan cerita dan tema sebuah
film, para pemain dan genre film yang spesifik bisa dengan mudah mendapatkan
dukungan sponsor.
Tapi sejauh mana sponsor “menggangu” jalan cerita sebuah
film?. Hmmmm,…masa sih mengganggu. Sepertinya perlu dijelaskan apa yang di
sebut mengganggu menurut pendapat saya.
Setidaknya tampilan produk sponsor saat tampil di sebuah film tidak
terlalu berlebihan.
Tidak usahlah perlu di zoom in sampai detil sampai terlihat
jelas merk brandnya di satu frame penuh menutupi satu layar bioskop. Sangat dimengerti
kebutuhan para sponsor itu untuk branding produk mereka, tapi harusnya mereka
juga sadar bahwa kami yang datang kebioskop itu datang dan membayar untuk
menikmati sebuah karya film yang berkualita. Ingat kami bayar tidak gratis.
Para brand ini seakan tidak pernah puas, setelah nongol di
film, mereka pun memasang logonya di poster film yang mereka sponsori. Jujur saya
belum pernah melihat poster film luar negeri di domplengi sponsor komersial.
Lalu siapa yang bertanggung jawab atas kemunculan mahluk
ajaib bernama sponsor ini di perfilman Indonesia?. Para sponsor yang haus
publikasi kah?, produser dan tim marketingnya yang gelap mata menggaet para
sponsorkah? Atau siapa..?.
Yang jelas, saya sedikit yakin para sutradara dan kru film
dibikin gerah dengan kemunculan mahluk ajaib ini. Bagaimana tidak, karya mereka
sedikit atau banyak harus disusupi mahluk ajaib ini. Harus pintar-pintar untuk
menempatkan dimana mahluk ajaib ini bisa muncul. Karena salah menempatkan
mahluk ajaib, komentar penonton pasti akan seragam.
“ Jualan Banget Sihhh…!!”
Setidaknya itu yang saya rasakan saat melihat film Indonesia
di medio Mei 2016. Sebagai gambaran saya menonton 4 film Indonesia. Surat Cinta
Untuk Kartini, AADC2, Aisyah dan My Stupid Boss. Untuk film terakhir yang saya
sebutkan saya tidak melihat muatan sponsor didalam badan filmmya, atau mungkin
saya gagal paham.
Beberapa film terbaik Indonesia yang tayang di bulan Mei 2016 |
Yang menarik adalah membedah sponsor antara 3 film pertama
yang saya sebutkan. Pertama adalah AADC2. Setelah 168 purnama akhirnya Rangga
dan Cinta pun bertemu dan pertemuan mereka disaksikan lebih dari 3juta penonton.
Secara jalan cerita tidak terlalu luar biasa. Momentum yang justru
saya tunggu di film ini adalah bagaimana mereka berdua ketemu, beruntung Miles
Film menyajikan dengan cantik, tidak berlebihan dengan adegan slow motion dan
cukup membuat saya penasaran.
Mengenai sponsor setidaknya ada 9 sponsor yang mendukung
film ini. 2 sponsor utamanya adalah Aqua dan L’Oreal. Kehadiran mahluk ajaib di
film ini menurut saya tidak terlalu menonjol. Jujur saya hanya mampu mendeteksi
2 mahluk ajaib yang menjadi sponsor utama. Aqua saat mereka berdua sedang di café
dan saat jalan berdua, lalu L’Oreal saat Cinta sedang bingung memilih lipstick saat
akan bertemu dengan Rangga.
Harus diakui, mungkin Riri Riza dan Miles punya bargaining
postion yang kuat sehingga mereka bisa menampilkan mahluk ajaib ini dengan
sederhana.
Untuk film Aisyah, kalau dilihat dari poster filmnya ada 2
sponsor yang nempel di sana. White Koffie dan Sunsilk. Jalan cerita film ini
sungguh kuat, bercerita tentang ragam keyakinan yang ada di Indonesia. Tetap ada
konflik agama tapi, pesan optimis dan kerukunan antar umat terus di tampilkan
dalam film ini. Tya Subiakto selaku music arrangernya pun bisa membawa nuansa
yang menurut saya bisa mengharubiru. Jangan kasih tahu yang lain, kalau mata
saya sempat basah di salah satu scene ini, dan ini jarang terjadi.
Tapi sayang , mahluk ajaib ini agak sedikit terasa walau
tidak secara kontinyu. Brand kopi sachet dan pembersih rambut itu seperti di
beri tempat special di salah satu scene. Walau kadarnya masih jauh dari kata mengganggu.
Terakhir adalah Film Surat Cinta Untuk Kartini (SCUK), ini
adalah film favorit saya sebelum kemunculan Aisyah. Set-up lokasi, wardrobe,
nuansa dan akting para pemain sungguh luar biasa. Dengan buggdet yang tidak terlalu
wahh, sutradara dan timnya bisa menghadirkan ambience di tahun kelahiran kartini
dengan sangat maksimal.
Sayangnya kehadiran mahluk ajaib bernama sponsor sangat
mengganggu saya. Ada scene dimana
seorang guru muda terlambat masuk ke sekolah dan terjatuh di tangga yang
mengakibatkan isi tasnya berantakan, maka keluarlah mahluk ajaib ini dari
tasnya. Uuuhhh ,…terlalu awal menurut saya mahluk ajaib ini muncul, bayangkan
belum ada 5 menit film ini berjalan saya sudah di sajikan iklan produk makeup
berlabel Wardah ini.
Tidak hanya itu, ada juga scene dimana guru muda ini sedang
touch-up dengan makeup dengan merknya yang seakan sengaja di perlihatkan. Yang lebih
aneh, atau bisa dibilang lucu ketika mahluk ajaib ini muncul dalam bentuk add-lips
(penyebutan nama brand) di film ini. Memang tidak terlalu kerasa, bahkan hanya
muncul sekali itupun di samarkan dengan nama orang yang menjadi penata rias
keluarga Kartini di masa itu. Memang nama brand ini bisa diasumsikan dengan
nama seseorang.
Jujur film fiksi berlatar belakang sejarah seperti SCUK sangat
menarik, sayang nasibnya cukup tragis ketika hanya mampu tidak lebih dari satu
minggu di bioskop.
Kembali kemasalah sponsor saya kembali membayangkan,
pusingnya para sutradara ketika harus memenuhi request sang sponsor untuk memasukkan
mahluk ajaib ini difilm yang mereka sutradarai. Kalau para sutradara punya
kekuatan penuh untuk bagaimana menampilkan mahluk ajaib ini mungkin itu lebih
baik. Yang celaka adalah, saat mereka harus menggadaikan orisinalitas karya
mereka untuk menutupi biaya produksi.
Terus berkembang kreatif para insan Film Indonesia dan
Semoga makin cepat dewasa para sponsor film Indonesia.
Komentar
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mantaf...
BalasHapusMantaf...
BalasHapusAsseekkk,...makasih kang arul
BalasHapusom Satto, agar mahluk ajaib tidak mengganggu, ya jangan terlalu terikat dengan sponsor. Independen untuk seluruh biaya produksi. Bila menggunakan sponsor, ya mau tidak mau seperti itu karena tidak ada yang gratis di dunia, hehehe...
BalasHapusNahhh, itu perlu kedewasaan dari pihak sponsor. Misalnya cukup taruh di poster filmnya, atau di media promosi lain.
HapusBikin gemeeesss
Dari 3 film yang mas satto ulas saya yakin sangat sponsor dr brand kosmetik atau kecantikan pasti akan sangat mendominasi.
BalasHapusApalagi ketika aktris yg berperan adalah BA untuk produk mereka.
Mungkin ini tantangan buat para sutradara memenuhi permintaan sponsor tp tdk mengganggu kearifan dari cerita yg disampaikan.
Iya betttooll, seomga sutradaranya diberikan keleluasaan berekspresi. jangan kalah sama tim marketing. heuheuheu
HapusBelom nonton semuanya hehehe. Tapi kalau ada unsur hard selling memang jadi ganggu. Kayak ada yang ganjel aja gitu hehehe.
BalasHapusBukan ganjel lagi mbak,..tapi makkjleebb. Hehehhe makasih sudah mampir
HapusHa ha ga percaya ah kalo mas Satto nonton film nangis. Ajak dulu baru percaya #KodeKerasBabget..
BalasHapusMeskipun belum nonton film AADC2, sebelum tampil di layar lebar memang brand air mineral itu sudah mampu mencuri moment iklan di TV bahkan banyak meme-meme yg sudah beredar wira-wiri di internet.
Team marketing mereka bisa dikatakan sukses besar. Tapi ada benarnya juga, mahluk ajaib memang penting tapi jangan sampai peletakan dan kreativitas cinema jadi turun gara-gara mahluk ajaib.
Mereka di kasih addlips di setiap promo plus di poster harusnya sudah cukup. Jadi di filmnya gak usah terlalu kelihatan.
HapusTapi serius loh, aku terharu. Akukan sensitif.